Banjir Dan Longsor Terjadi di Majalengka, Mengakibatkan 3 Jalur Akses Tertutup Material Longsor

Jakarta - Banjir dan tanah longsor melanda wilayah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, pada Rabu (8/12). informasi sementara, tiga akses jalan tertutup material longsor.

"Aktivitas warga sempat tersendat akibat pohon tumbang yang melintang di ruas jalan,"kata Plt. Kepala Pusat Informasi, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari melalui keterangan tertulis, Kamis (9/12).

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka melaporkan ketinggian air saat banjir sekitar 100 sentimeter. Tercatat lima unit rumah terdampak, tiga di antaranya mengalami rusak sedang.

Selain rumah, 4 unit tempat usaha, 1 unit sekolah, dan 1 hektar lahan pertanian terdampak kejadian ini. Sejumlah desa terdampak di antaranya Desa Cimeong, Desa Girimulya yang terletak di Kecamatan Majalengka.

Kemudian Desa Cihaur, Desa Wanahayu di Kecamatan Maja. Desa Haurgeulis, Desa Sukamenak, Desa Cinambo di Kecamatan Bantarujeg. Kondisi terkini, banjir sudah surut. BPBD Kabupaten Majalengka bersama tim gabungan melakukan penanganan lanjutan dalam melakukan evakuasi terhadap warga.

Banjir terjadi setelah hujan deras mengguyur Majalengka pada Rabu (8/12) pukul 19.00 WIB. Struktur tanah labil menjadi salah satu pemicu terjadinya longsor dibeberapa titik.

Berdasarkan peringatan dini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hingga esok (10/12), sejumlah wilayah di Jawa Barat berpotensi hujan yang dapat disertai petir dan angin kencang antara siang hingga malam hari.

Wilayah tersebut yakni, Kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten Subang, Kabupaten dan Kota Sukabumi, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten dan Kota Bandung.

Kemudian Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten dan Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Garut dan Kota Tasikmalaya.

BNPB mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan pada potensi risiko bencana hidrometeorologi basah.

BNPB juga merekomendasikan agar wilayah lereng tebing atau kawasan kebun ditanami dengan jenis vegetasi yang keras dan berakar kuat seperti vetiver, sukun, dan tanaman akar kuat lainnya. Vegetasi akar kuat tersebut dapat mengikat tanah dan mencegah terjadinya longsoran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jelang KTT G20 Pada 2022, Jenderal Andika Lakukan Pemantauan ke Bali Mengikut Arahan Menko Marves

Mengaku Sakit Hati, Seorang Guru SMK di Aceh Barat Dibunuh Karena Sebut Pelaku Sebagai PKI

3 Siswi Yang Lakukan Magang di Kantor Kelurahan Dicabuli Oknum Pegawai Kelurahan di Tangsel